Notification

×

Iklan

resellerwhm.com - Hosting Unlimited Murah

Iklan

resellerwhm.com - Hosting Unlimited Murah

Tag Terpopuler

Kepekaan Sosial Remaja SMA: Membangun Generasi Peduli

Minggu | 29.9.24 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-29T15:15:22Z
banner 325x300

Liputan-NTT.Com - Kupang,- Ditengah dinamika kehidupan modern yang semakin kompleks, kepekaan sosial di kalangan anak SMA menjadi isu yang sangat penting. Sebagai generasi yang berada di ambang peralihan menuju kedewasaan, siswa SMA dihadapkan pada berbagai tantangan sosial yang memerlukan respons dan kepedulian. Kepekaan sosial tidak hanya berfungsi sebagai indikator karakter individu, tetapi juga sebagai fondasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. 


Tulisan ini membahas pentingnya kepekaan sosial di kalangan siswa SMA, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta strategi untuk meningkatkan kepedulian sosial di usia remaja. Kita dapat melihat bagaimana generasi muda dapat berkontribusi pada perubahan positif di masyarakat.


*Kepekaan Sosial*



Kepekaan sosial dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk memahami, merasakan, dan merespons masalah dan kebutuhan orang lain dalam masyarakat. Ini mencakup empati, kesadaran terhadap isu-isu sosial, serta tindakan nyata untuk membantu sesama. Di kalangan anak SMA, kepekaan sosial seringkali tercermin dalam partisipasi mereka dalam kegiatan sosial, kesadaran terhadap isu-isu lingkungan, serta keterlibatan dalam berbagai bentuk aksi solidaritas.


Apakah generasi kita sudah menjadi generasi yang peka? Pertanyaan ini menjadi sukar dijawab pada saat sekarang ini. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya dapat dilihat dari pemakaian kata “terlalu baik” dalam komunikasi remaja sehari-hari ketika ada teman sebayanya yang peka dan berbuat baik untuk orang lain. Di kalangan remaja, kata “terlalu baik”  bermakna negatif. Ketika seseorang menyebut “Anda terlalu baik”, itu berarti sebuah ejekan bahwa terlalu baik sebetulnya tidak baik, sehingga penggunaan kata tersebut terkadang membatalkan niat seseorang untuk berbuat baik. Keadaan ini dapat mengakibatkan rasa acuh timbul dalam diri seseorang untuk berbuat baik.


Namun, saya berpendapat bahwa menjadi orang yang peka, bersikap sopan, menghargai, bahkan turut merasakan situasi sulit orang lain bukan sesuatu yang kuno melainkan dapat membangun relasi yang lebih intens. Sebaliknya, kurangnya kepekaan sosial akan membuat seseorang tidak mampu membangun relasi yang manusiawi. 



Krisis kepekaan sosial juga dapat membuat kita tidak menghargai nilai kesopanan. Kepekaan diri perlu terhubung dengan orang lain agar dapat muncul dorongan guna menjaga kenyamanan saat berinteraksi.  Dengan peka terhadap situasi dan banyak berinteraksi, kita mudah mendengarkan pendapat seseorang serta merasakan apa yang dialaminya. Maka, kepekaan sosial menjadi modal yang sangat berharga dalam proses adaptasi kita dengan orang lain. 



Adanya kepekaan sosial memberikan manfaat untuk diri sendiri karena dapat mencegah sikap yang salah dalam berbagai situasi. Kalau kepekaan sosial sudah tinggi, seseorang tidak perlu sering ditegur atau sering mendapat arahan dari orang lain. Dengan kepekaan sosial, kita sudah tahu apa yang mesti dilakukan sekaligus tidak sembarang bertindak dan berucap. 


Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kepekaan sosial. 


*Pertama*.


Lingkungan keluarga. Keluarga adalah institusi pertama yang membentuk karakter dan nilai-nilai anak. Keluarga yang mengajarkan nilai-nilai kepedulian dan empati akan mendorong anak untuk lebih peka terhadap lingkungan sosialnya. Misalnya, anak yang sering diajak orang tua untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial akan lebih mungkin mengembangkan kepekaan sosial. 



*Kedua*


Lingkungan sekolah. Sekolah berperan penting dalam membentuk karakter siswa. Kurikulum yang memasukkan pendidikan karakter dan kesadaran sosial dapat membantu siswa memahami pentingnya kepekaan sosial. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada pelayanan masyarakat dapat menjadi wadah bagi siswa untuk berlatih menjadi individu yang peka. 



*Ketiga*

Media sosial. Di era digital, media sosial menjadi alat yang sangat berpengaruh. Informasi tentang isu-isu sosial yang tersebar di media sosial dapat meningkatkan kesadaran siswa. Namun, media sosial juga dapat menjadi pedang bermata dua, di mana informasi yang tidak akurat atau berlebihan dapat menimbulkan apatisme bahkan kebencian terhadap orang lain. Hoaks atau berita bohong sering membakar sentimen kemarahan dan kebencian antara individu, suku, agama, dan lain-lain. 



*Keempat*


Pengalaman pribadi, baik positif maupun negatif, juga dapat mempengaruhi kepekaan sosial seorang siswa. Misalnya, siswa yang pernah mengalami atau menyaksikan ketidakadilan akan lebih mungkin merasa terpanggil untuk beraksi.


*Kepekaan Sosial Remaja SMA*

Secara sederhana seseorang yang peka adalah orang yang dapat merasakan situasi di sekitarnya. Dalam kehidupan bersama, setiap individu mempunyai jiwa sosial, di mana jiwa sosial yang ada dalam setiap individu dapat dinyatakan lewat tindakan, dan dalam sebuah tindakan mengandung nilai-nilai yang akan menentukan suatu perubahan arah yang lebih baik. 


“Kepekaan sosial kita dapat menumbuhkan rasa empati dan mau menolong sesama individu. Kepekaan berkaitan erat dengan hubungan yang terjalin antar manusia”.



Rendahnya kepekaan yang ada dalam diri dapat berakibat pada relasi yang terjalin menjadi kurang baik antara satu individu dan individu lain. Maka, penanaman terhadap nilai-nilai sikap dan karakter yang baik perlu diperhatikan sejak dini. Karakter itulah yang akan menjadi pedoman dalam bersikap, berperilaku, berpikir, bahkan bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. 



Lalu bagaimana membangun kepekaan sosial di kalangan anak SMA? Membangun kepekaan sosial di kalangan anak SMA dapat dilakukan melalui beberapa cara. *Pertama*, Pendidikan Karakter. Sekolah perlu mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum. Pelajaran tentang empati, toleransi, dan kepedulian sosial dapat membantu siswa memahami pentingnya kepekaan sosial. Mengadakan seminar atau workshop tentang isu-isu sosial juga dapat memberikan wawasan yang lebih dalam.



*Kedua*


Kegiatan sosial. Mengadakan kegiatan sosial seperti bakti sosial, penggalangan dana untuk korban bencana, atau kampanye lingkungan dapat menjadi cara efektif untuk melibatkan siswa. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman langsung, tetapi juga membangun rasa solidaritas di antara siswa. 

*Ketiga*

Diskusi Terbuka, Menyediakan ruang untuk diskusi terbuka di kelas tentang isu-isu sosial dapat membantu siswa untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka. Dengan mendengarkan berbagai perspektif, siswa dapat lebih memahami kompleksitas isu-isu yang ada dan mendorong kepekaan mereka terhadap masalah sosial. 



*Keempat*

Kolaborasi dengan komunitas. Membangun kemitraan dengan organisasi masyarakat  dapat memberikan siswa kesempatan untuk terlibat langsung dalam proyek-proyek sosial. Kolaborasi ini juga dapat memberikan pengalaman berharga dan meningkatkan rasa tanggung jawab sosial mereka.



Kepekaan sosial yang tinggi di kalangan anak SMA dapat membawa dampak positif, baik bagi individu maupun masyarakat. Siswa yang peka terhadap isu-isu sosial cenderung lebih aktif dalam mencari solusi dan berkontribusi pada perubahan positif. Mereka dapat menjadi agen perubahan yang membawa semangat kepedulian ke dalam masyarakat. Selain itu, generasi muda yang peduli dapat menginspirasi orang lain untuk ikut serta dalam aksi sosial dapat membawa dampak luas.


Kepekaan sosial di kalangan anak SMA adalah hal yang sangat penting untuk dibangun dan ditumbuhkan. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan sosial dan menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkannya, kita dapat membantu generasi muda menjadi individu yang lebih peduli dan bertanggung jawab. Kepekaan sosial bukan hanya tentang merasakan, tetapi juga tentang bertindak. 


Dengan meningkatkan kepekaan sosial, kita tidak hanya membangun karakter individu, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih harmonis. Kita harus bersama-sama mendorong generasi muda untuk menjadi agen perubahan yang peduli dan berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih baik.


Apakah generasi muda di kalangan SMA sudah peka? tentu bisa peka, ketika kita mau memulai kepekaan itu dari diri sendiri sehingga membawa dampak kepada orang lain dan akan terus berlanjut seperti mata rantai yang terhubung antara satu dengan yang lain.  Jadilah generasi yang peka karena peka itu menunjukan jati diri kita sebagai makhluk sosial dan tentunya dapat membangun generasi muda yang lebih peduli.



Penulis: Sofiana K. Benu, Guru SMA ST. Arnoldus Janssen Kupang.


×
Berita Terbaru Update