Liputan-NTT.Com - Kupang,- Pendidikan Bangsa sedang menghadapi persoalan yang cukup serius. Indonesia menjadi salah satu negara yang terus mengalami gempuran arus modernisasi dan kemajuan teknologi yang sangat pesat di kalangan anak-anak dan remaja terkhusus anak sekolah. Proses pendidikan menjadi tolak ukur dalam peradaban bangsa ini.
Untuk terus eksis di tengah-tengah arus global maka pendidikan menjadi salah satu jalan alternatif untuk tetap berdiri dan tetap mengepakkan sayap di atas badai kemajuan zaman yang sangat cepat dan deras.
Pengaruh arus global dan modernisasi yang semakin pesat maka sangat rentan terhadap pengaruh psikologi dan perilaku anak dan remaja usia sekolah yang berada pada tahap pencarian jati diri yang sesungguhnya. Untuk itu proses pendidikan yang baik dan seimbang di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat sangat diperlukan.
Dibutuhkan keseimbangan yang baik antara pembentukan intelektual dan emosional yang baik. Namun dalam tangkapan kacamata penulis mendapati proses pendidikan hari ini masih hanya tertuju pada aspek akademik. Proses pendidikan kita sedang berada dalam tahap dimana kita lalai membina dan mendidik mereka tentang nilai-nilai kemanusiaan.
Hal ini tentu saja emosional tidak teratur yang kemudian akhlak tidak searah dengan tujuan pendidikan itu sendiri untuk berbudi luhur.
Hal ini tentunya mengakibatkan output dari pendidikan yang subur secara akademis tapi gersang secara emosional. Kita akan menciptakan generasi yang lincah membaca, pandai menghitung tapi lupa bahwa hasil akhir dari mempelajari segala ilmu adalah mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat dan memahami perasaan orang lain.
Nilai diatas kertas ujian 90 sampai 100. Ranking sudah pasti. Menyelamatkan akreditasi lembaga pendidikan dengan pengetahuan secara teoritis itu pasti. Tapi lupa menyelamatkan diri di atas gempuran zaman, mereka tidak tahu menemukan jawaban atas setiap persoalan dalam hidupnya dan lingkungannya.
CAPAI GENERASI EMAS 2045, KITA BUTUH PENDIDIKAN PADA ASPEK HATI TIDAK HANYA OTAK
Pendidikan memiliki peran penting untuk menyongsong generasi emas Indonesia tahun 2045 karena pendidikan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkarakter sangat penting untuk membangun peradaban yang maju, namun sumber daya manusia yang rendah akan menghasilkan peradaban yang lebih buruk. Kita harus memiliki strategi dalam pendidikan yang lebih baik untuk mewujudkan generasi emas 2045.
Untuk sampai disana, maka memiliki pengetahuan secara akademis itu hal yang sangat penting. Namun nilai-nilai kemanusiaan adalah hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat. Bangsa ini tidak bercita-cita untuk menciptakan generasi yang tajam diatas kertas tapi tumpul pada moral. Negara dengan kehidupan masyarakat yang majemuk ini sangat dipastikan tidak sudi melahirkan generasi yang kepala berisi namun hati yang kosong. Ini sama halnya dengan "omong kosong".
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses membentuk manusia yang secara menyeluruh, menciptakan manusia yang berbudi luhur. Bukan hanya tentang akademik tapi tentang nilai-nilai, akhlak dan kemanusiaan itu sendiri.
MENGAPA PENDIDIKAN OTAK TANPA MENGABAIKAN HATI SANGAT PENTING?
Pendidikan hati mengajarkan anak-anak untuk mengenali diri, memahami orang lain, dan meresapi nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, kasih sayang, dan pengendalian diri.
Mendidik hati itu penting karena beberapa alasan:
Pertama, Mengembangkan empati dan kasih sayang:
Mendidik hati membantu manusia memahami dan merasakan perasaan orang lain, kemudian dapat menjadi lebih peduli dan empati.
Kedua. Meningkatkan kesadaran diri: Mendidik hati membantu manusia memahami diri sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan pribadi, dan pada akhirnya dapat menjadi lebih sadar dan bijak dalam membuat keputusan.
Ketiga. Membangun hubungan yang sehat: Mendidik hati membantu memahami bagaimana berinteraksi dengan orang lain secara sehat dan positif, sehingga dapat membangun hubungan yang kuat dan harmonis.
Keempat. Mengembangkan kesadaran spiritual: Mendidik hati membantu memahami nilai-nilai spiritual dan etika, sehingga dapat menjadi lebih bijak dan bertanggung jawab dalam hidup secara pribadi.
Dan terakhir. Meningkatkan membantu memahami apa yang membuat kita bahagia dan sejahtera, sehingga setiap orang dapat membuat pilihan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup yang menyeluruh.
Mendidik hati dan mendidik otak sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak negeri. Pendidikan hati membantu generasi ini memahami orang lain, memahami nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kasih sayang, dan pengendalian diri. Hal ini kemudian, Anak-anak menjadi pribadi yang seimbang secara emosional, penuh empati dan siap menghadapi dunia luar yang terus maju pesat dengan berbagai gejolaknya.
Pendidikan hati sejatinya berfokus pada pengembangan aspek emosional, spiritual, dan moral siswa. Tujuannya adalah membentuk individu yang memiliki hati yang bersih, kuat, dan berakhlak mulia, serta mampu membangun hubungan yang sehat dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya.
ARAH BARU PENDIDIKAN KITA, BANGSA YANG BERJAYA DAN BERIMBANG
Sudah saatnya arah pendidikan kita diperbaharui untuk mencetak generasi yang seimbang pada aspek akademik dan emosional. Pendidikan tidak hanya sekedar mengejar nilai ujian diatas kertas atau pencapaian ranking tapi juga tentang emosional, tentang nilai-nilai kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat yang plural.
Pendidikan kita harus diarahkan kepada pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan harus menghasilkan generasi yang cerdas pikirannya, bening hatinya, dan mulianya akhlak. Bukankah itu yang menjadi harapan founding fathers pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantoro?.
Hasil dari pendidikan seperti ini yang kemudian mampu menghasilkan generasi yang menjadi pemimpin bangsa yang adil, berdikari namun tidak lupa diri (sesama), menjadi warga negara yang peduli, dan manusia yang bermartabat di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.
Pendidikan yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat bukan hanya di bidang ilmu pengetahuan, tapi juga dalam integritas dan moralitas. Ini harus menjadi fondasi, kita akan menghasilkan pemimpin yang jauh dari ketamakan, jauh dari egoisme dan jauh dari praktik-praktik yang tidak berdampak kepada kemanusiaan.
Mari, kita sentuh hati generasi ini, baik di rumah, di kelas dan di masyarakat. Pendidikan sejatinya harus memanusiakan manusia yang utuh.
(Yabes M. Ortu, S. Pd)