Notification

×

Iklan

resellerwhm.com - Hosting Unlimited Murah

Iklan

resellerwhm.com - Hosting Unlimited Murah

Tag Terpopuler

SPK Membungkuk Kepada Tua Adat dan Masyarakat Manggarai Sebagai Rasa Hormat dan Terima Kasih

Kamis | 5.9.24 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-05T11:19:26Z
banner 325x300

Liputan-NTT.Com - Dalam safari politik di Manggarai Raya dan sekitarnya, Simon Petrus Kamlasi (SPK) dan rombongan saat menginjakan kaki di Bandara Frans Sales Lega terlihat ratusan tetua adat dan masyarakat Manggarai sudah menanti, dengan spontan SPK seorang perwira tinggi TNI membungkuk sebagai wujud kecintaan serta penghargaan terhadap masyarakat yang menemuinya.


Demikian disampaikan oleh SPK sapaan akrabnya kepada wartawan di Kota Ruteng pada Senin, (2/9/2024). Hal itu dilakukan dengan spontan karena ia sangat mencintai budaya sopan santun sejak kecil yang telah diajarkan oleh orang tuanya.


Saat menyapa deretan tetua adat itu, dalam sebuah ritual adat singkat, Jenderal Simon pun sejenak menunduk. Separuh tubuhnya membungkuk, menghadap tetua adat. 


Kepalanya disematkan topi khas Manggarai atau dikenal dengan Rea Songke. Itulah kekhasan pelindung kepala sebagai simbol tetap berjuang pantang menyerah. Berdiri di samping Simon Petrus Kamlasi, politisi humanis Andre Garu yang setia mendampinginya dalam berbagai safari politik.


Ternyata reaksi membungkuk itu muncul dari hati seorang Simon Petrus Kamlasi sebagai wujud kecintaan serta penghargaan terhadap masyarakat yang selalu menemuinya. Hal ini dilakukan spontanitas karena sejak kecil Simon sudah diajarkan untuk selalu merendah di hadapan orang lain.  Nilai-nilai luhur peninggalan sang ayah, alm Mozes Kamlasi dan ibu Jense Halena yang adalah guru di SoE, membentuk karakternya demikian. 


“Saya diajarkan sejak kecil untuk sopan santun di hadapan orang tua atau masyarakat sejak kecil. Saya selalu diajarkan wajib merendah di hadapan orang lain. Apa lagi dihadapan tua-tua adat, jelas SPK


Menurut SPK bahwa Ia selalu melakukannya di setiap tempat yang ia kunjungi. SPK mengatakan bahwa dirinya wajib  menunduk karena ia mengetahui benar kondisi dan kehidupan masyarakat NTT saat ini, kehidupan masyarakat sehari-hari ini, apa adanya tetapi selalu menyambut orang yang baru datang. Hal itu yang membuat SPK sadar benar bahwa masyarakat Manggarai selalu menghargai orang lain. Oleh karena itu wajib saling menghargai juga, jelas Brigjen Simon Petrus Kamlasi.


“Saya tahu bahwa persiapan yang disiapkan tua adat Manggarai adalah persiapan terbaik, yang dilakukan dengan latihan, diskusi, dan menyiapkan selendang,”.  Pemberian yang mereka berikan seperti Tuak Curu, pengalungan selendang adalah prosesi adat yang telah ditinggalkan oleh para leluhur. Apa lagi sebelum melakukan para tua adat Manggarai melakukan tutur adat terlebih dahulu, itu adalah kesakralan yang dibuat oleh tua adat, ucap SPK.


Selain itu juga para tetua adat juga menggunakan pakaian adat kebesaran Manggarai baru melakukan tutur ada di Bandara Ruteng. Bagaimana untuk menghargai para tua adat Manggarai. SPK sadar betul bahwa masyarakat Manggarai sudah memberikan yang terbaik kepadanya, sekarang tugas SPK mau memberikan kepada masyarakat. Menurutnya bahwa sejauh yang ia lakukan kepada masyarakat seperti pekerjaan pompa hidram itu baru sedikit sehingga dirinya siap mendedikasikan diri seutuhnya kepada masyarakat NTT, jelasnya.


Lanjutnya bahwa sejauh ia berjalan mengunjungi masyarakat ternyata apa yang telah dirinya buat kepada masyarakat, masih kurang oleh karena itu dirinya siap bekerja keras demi masyarakat NTT. 


Oleh karena itu pantas SPK harus merendah dihadapan masyarakat. Tidak boleh meninggikan diri dihadapan masyarakat. Karena dirinya belum berbuat maksimal terhadap masyarakat kecuali ia memperoleh  kesempatan untuk memimpin NTT lima tahun tentunya bekerja maksimal kepada masyarakat NTT yang dicintai, ucapnya. (*).

×
Berita Terbaru Update